Fotofrafer: Imam Husein/ Jawa Pos |
IPNU Trenggalek - Viralnya Pidato Jendral Anton Charliyan (Kapolda Jabar, yg sebenarnya sudah lama) dan Jendral Tito Karnavian yang bertanggung jawab penuh terhadap Kamtibmas NKRI yang kontroversial, bahkan banyak tulisan berseliweran meng-kuliahi dan membully- itu bagi saya sangatlah cerdas:
- Dengan hanya menyebut satu dua Ormas yg ia nilai cinta NKRI, tentu ormas lain yg tidak cinta NKRI akan pura-pura berkata cinta. Apalagi yang memang cinta, tentu mereka tersinggung. Nah, disinilah kedepan Polri akan mudah untuk menagih pengakuan, ketika mereka bertindak kontra dg pernyataannya. Mana janjimu?
- Dalam sisi kesejarahan sang Jendral juga hanya menyebut satu dua Ormas yg benar-benar berkontribusi terhadap perjuangan Bangsa. Nah, ormas yg merasa dinafikan pasti akan teriak-teriak dan membuka sejarah tokoh pendiri dan pendahulunya. Dalam titik inilah sebenarnya Sang Jendral menanamkan kembali kepada penerus ormas-ormas itu bahwa, Ooo ternyata pendiri ormas saya ini begitu luar biasa kiprahnya ikut mendirikan NKRI ini. Kalau begitu kenapa saat ini saya ikut-ikutan arus ingin merobohkanya?? Kenapa ormas saya diam saat ada sekelompok ormas mau merubahnya??
- Sang Jendral juga hanya menyebut satu dua ormas yg tidak radikal. Nah, ormas yg radikal tentu akan ikut teriak pura-pura tidak radikal. Apalagi yg mmg tidak radikal, tentu akan muhasabah nafsi/intropeksi diri, kenapa ormas saya termasuk dinilai begitu?? Apakah karena selama ini ormas saya selalu bermesraan dg ormas-ormas radikal, lalu ada penilaian seperti itu?? Apa karena selama ini ormas saya kurang menjaga jamaah dalam sisi aqidah dan doktrinasi, sehingga sering ikut kegiatan ormas radikal itu?? Dan kenapa selama ini saya biarkan??
- Penyebutan eksistensi Ormas yang hanya satu dua oleh Sang Jendral bila dikaitkan dengan Kamtibmas Nasional, hemat penulis sangatlah tepat. Bahkan bila perlu CUKUP SATU. Beliau yg membawahi puluhan Polda, Ratusan Polres, ribuan Polsek dan Intel pasti sangat 'Alim tentang eksistensi ormas-ormas Islam sesungguhnya dari Sabang sampai Meraoke. Fakta membuktikan, saat ormas anti pancasila dibubarkan hanya satu Ormas yg terang-terangan mendukung langkah itu. Giliran Ormas dan tokoh radikal "Membuat panggung mainan" mereka sama ikut ikut bermain, paling tidak ikut datang meramaikan. Konsistensi dalam merawat dan membesarkan ormaspun banyak yg gagal, "la yamutu wala yahya", Tidak mati, tapi hidup pun enggan". Pada kemana ormas-ormas yg mengaku lahir lebih dulu dibanding satu dua yg disebutkan itu?? Kalau saat ini sirna tinggal nama atau menjadi kerdil, dimana salahnya?? Berarti kan "wujuduhu ka 'adamihi", Keberadaanya sama dengan Ketiadaannya. Sehingga sah-sah saja untuk tidak disebut.
Jadi langkah Sang Jendral bila itu strategi pembinaan hemat penulis sangatlah strategi brilian.
Itu adalah suatu metode baru dalam pembinaan ormas dg sistim "Kejut" yg luar biasa. Disaat metode yg lurus dan datar ternyata tidak "ngefek" sama sekali.
Pencari Laron kadang butuh nyala lilin untuk memancing laron-laron keluar dari sarangnya.
# NKRI?? Harga Mati !!!!!
# Pancasila??? Jaya !!!!!
Penulis: Zahro Wardi, 03/02/2018. Komisi Fatwa MUI Kab. Trenggalek/Ketua LBM PC NU Trenggalek