Jakarta - Ketua Umum PP Fatayat NU Hj Ida Fauziah meminta semua pihak untuk mewaspadai bibit paham radikal di kalangan pelajar. Penyebaran paham ini yang biasasnya melalui rohis di sekolah tidak boleh disepelekan. Pasalnya, penanaman ajaran ini lebih efektif untuk gerakan jangka panjang.
Gerakan pemikiran radikalisme atas nama agama, cukup berhasil mengingat doktrin itu diterima pelajar yang masih polos dan tidak kritis. Mereka yang haus pendidikan agama, akan dengan mudah menerimanya. Ajaran ini, menurut Ida Fauziyah, akan menancap betul.
“Ketika ini dibiarkan, tidak perlu heran kalau pelajar kita suatu waktu masuk dalam jaringan teroris level nasional maupun internasional,” kata Hj Ida yang menjadi narasumber seminar bertajuk “Pembentukan Karakter Dasar dan Aksi Radikalisme Pelajar”, Sabtu (1/3) malam.
Pelajar dengan doktrin seperti itu, sambung Ida, sudah fasih menilai orang lain menganut liberalisme, melakukan bid’ah, atau pembelaan NU untuk kelompok minoritas dan terpinggir sebagai sesuatu yang salah.
Ida memperlihatkan kembali pelaku bom di sejumlah tempat ibadah, hiburan, maupun hotel besar. Pelaku itu semua umumnya berusia belasan.
“Sampai di sini mengatasi masalah tidak mudah. Karena, anak-anak ibarat orang haus berjalan di padang pasir. Ketika ada orang menyediakan air, mereka akan meminumnya dengan puas,” tegasnya di hadapan peserta Konbes IPPNU 2014 di Gedung PP PON Kemenpora Cibubur, Jakarta Timur.
Sebagai gerakan pemikiran, mereka membutuhkan generasi. Rohis itu menjadi pintu masuk yang formal. Sedangkan pintu nonformalnya dilewati oleh banjirnya tulisan dan gambar dengan semangat radikal.
“Karenanya, sistem di internet tampak menyediakan lebih banyak konten radikalisme agama sebab mereka bergerak sangat massif,” tandas Ida Fauziyah. (Alhafiz K)