11 Jumadil Tsani 1235 H - 29 Ramadhan 1343 H |
Kyai Cholil terlahir pada tanggal 11 Jumadil Tsani 1235 Hijriah di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, yang terletak di ujung barat pulau Madura, Propinsi Jawa Timur.
Sejak kecil, Beliau mendapatkan pendidikan Agama langsung dari orang tua secara ketat. Kyai Cholil sejak kecil memang sudah mempunyai sifat-sifat sebagai calon ulama yang berpengaruh besar. Diantara keistimewaan beliau adalah kehausan akan ilmu, terutama dalam bidang ilmu Fiqh dan Ilmu Nahwu ( Ilmu tata bahasa Arab). Beliau sudah hafal kitab Alfiyah, yang menjelaskan tata bahasa arab ketika masih muda.
Karena keinginan orang tuanya yang sangat kuat untuk mendidik anaknya menjadi ulama, kemudian pada sekitar tahun 1850 an, Kiyai kholil menuntuk ilmu sebagai santri di Pondok pesantren Langitan, Kabupaten Tuban yang di asuh oleh KH Muhammad Nur. Setelah merasa cukup, kemudian Kyai Cholil lanjutkan nyantri di Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Setelah itu kemudian, beliau pindah ke Pondok Pesantren Kebon Candi,Pasuruan dan juga nyantri di tempat Kiai Nur Hasan yang masih termasuk familinya di Sidogiri.
Sejak beliau menjadi pengasuh pondok pesantren di Bangkalan, Madura, banyak pemimpin umat dan bangsa yang banyak di persiapkan oleh beliau. Diantara kiai-kiai tersebut adalah KH. Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok pesantren Tebu Ireng, Jombang, pendiri NU, kakek Gusdur), KH. Abdul Wahab Hasbullah (pendiri Pondok Pesantern Tambak Beras Jombang dan Pendiri NU), KH. Bisri Syansuri (Pendiri Pondok Pesantren Denanyar, Jombang dan pendiri NU), KH Ma’shum (Pendiri Pondok pesantren Lasem, Rembang), KH Bisri Musthofa ( Pendiri Pondok pesantren Rembang dan Pengarang Kitab) dan masih banyak yang lainya.
Kiai Cholil adalah seorang alim dalam Ilmu Nahwu, Fiqh dan tarekat. Beliau juga di kenal hafal al-qur’an dan menguasai segala ilmunya. Termasuk seni baca Al-qur’an tujuh macam (Qiroah sab’ah). Selain kelebihan tersebut, beliau juga mempunyai kemampuan pada hal-hal yang tidak kasat mata (tidak dapat di lihat). Sebab keleibahn tersebut, umat Islam Indonesia meyakini beliau adalah Waliyullah.
Kyai Cholil wafat pada 29 Ramadhan 1243 H pada usia 91 tahun karena usia lanjut. Jejak dan langkahnya kini tetap menjadi monumen pada pejuang penerus dan pengikutnya. Di Indonesia kini ada 6000 lebih pondok pesantren yang sebagian besar mempunyai hubungan budaya dengan NU.
CERITA-CERITA TENTANG KH. CHOLIL
1. Membaca yasin berkali-kali
Pada saat beliau masih menuntut ilmu di pondok pesantren kebon candi dan belajar di KH Nur Hasan harus dilakukan dengan cara tidak menetap, atau kalau dalam dunia santri di sebut santri kalong. Jarak antara pondok Kobon Candi dan Rumah Kiai Nur Hasan sekitar 7 km. selama perjalanan itu, beliau sambil membaca surat yasin sampai tamat berkali-kali.
2. Makan gratis
Kyai Cholil muda adalah sosok pemuda yang mandiri. Pada saat itu, dirinya ingin melanjutkan menuntut ilmu ke Makkah, Arab Saudi. Tetapi tidak ingin meminta biayanya kepada orang tua. Untuk mewujudkan hal tersebut, Kyai Cholil sebelum berangkat ke Makkah terlebih dahulu ngaji di pondok pesantren Banyuwangi. Di pondok tersebut, beliau juga bekerja di kebun pengasuh pondok. Dengan bekerja di kebun sebagai pemetik buah kelapa, beliau di bayar 2,5 sen setiap pohon kelapa. Dengan penghasilan tersebut, uang yang didapatkannya di tabung untuk biaya menuntut ilmu ke makkah. Selain itu, untuk makan sehari-hari, beliau menjadi khodim di dalem pondok pesantren dengan mengisi bak mandi, mencuci pakaian dan melakukan pekerjaan yang lain. selain itu, Kyai Cholil juga menjadi juru masak bagi teman-temannya, dengan seperti itu dirinya bisa mendapatkan makan dengan gratis.
3. Hati-hati ada macan
Pada suatu hari di bulan syawal, Kyai Cholil memanggil semua santri, kemudian beliau mengatakan;
“Santri-santri sekalian.!! Untuk saat ini kalian harus memperketat penjagaan pondok. Karena tidak lama lagi, akan ada macan masuk kepondok kita”.
Sejak itu, setiap hari semua santri melakukan penjagaan yang ketat di pondok pesantren. Hal ini dilakukan karena di dekat pondok pesantren ada hutan yang konon angker dan berbahaya, sehingga kuatir jika yang di maksud macan akan muncul dari hutan tersebut. Setelah beberapa hari ternyata macan yang di tunggu-tunggu tidak juga muncul juga, sampai akhirnya sampai di minggu ke tiga sampai juga belum muncul.
Setelah masuk di minggu ke 3, Kyai Cholil memerintahkan santri-santri untuk berjaga-jaga ketika ada pemuda kurus, tidak terlalu tinggi dan membawa tas koper seng masuk ke komplek pondok pesantren.
Begitu sampai di depan rumah Kyai Cholil mengucapkan salam
“ Assalamu’alaikum” ucap pemuda tersebut.
Mendengar salam pemuda tersebut, Kyai Cholil justru malah berteriak memanggil santri-santrinya.
“ Hai santri-santri, ada macan..macan ayo kita kepung, jangan sampai masuk kepondok” teriak Kyai Cholil
Mendengar teriakan Kyai Cholil serentak para santri berhamburan membawa apa saja yang bisa dibawa untuk mengusir pemuda tersebut yang dianggap Macan. Para santri yang sudah membawa pedang, celurit, tongkat, dan apa saja mengerubuti “macan” yang tidak lain adalah pemuda tersebut. Muka pemuda tersebut menjadi pucat pasi ketakutan. Karena tidak ada jalan lain, akhirnya pemuda tersebut lari meninggalakn komplek pondok tersebut.
Karena tingginya semangat untuk nyantri ke pondok yang diasuh oleh Kyai Cholil keesokan harinya pemuda itu mencoba memasuki pesantren lagi. Meskipun begitu, dirinya tetap memperoleh perlakuan yang sama seperti sebelumnya. Karena rasa takut dan kelelahan akhirnya pemuda tersebut tidur di bawah kentongan yang ada di mussola pondok pesantren. Ketika tengah malam, dirinya di bangunkan dan dimarah-marahi oleh Kyai Cholil. Namun demikian, setelah itu dirinya diajak oleh Kyai Cholil kerumah dan dinyatakan sebagai salah satu santri dari pondok yang beliau pimpin. Sejak itu, remaja tersebut sebagai santri pondok. Pemuda yang dimaksud diatas adalah Abdul wahab atau Abdul Wahab Hasbullah yang menjadi salah satu pendiri NU. Ternyata apa yang dikatakan oleh Kyai Cholil akhirnya Abdul Wahab Hasbullah benar-benar menjadi “ Macan” NU
4. Minta didoakan cepat kaya
Pada suatu waktu, Kyai Cholil mempunyai tamu yang berasal dari keturunan tionghoa yang terkenal dengan panggilan Koh Bun Fat, datang untuk keperluan pribadinya.
“Kiai, saya minta didoakan agar cepat kaya, karena aku sudah bosan hidup miskin”. Kata Koh Fat yang sedang miskin.
Setelah mendengar niat tamunya tersebut, Kyai Cholil meminta Koh Bun Fat untuk mendekat. Setelah mendekat, Kyai Cholil memegang kepala Koh Bun Fat dan memegangnya erat-erat sambil mengucapkan.
“Saatu lisanatan, Howang-howang, Howing-Howing. Pak uwang huwang nuwang. Tur kecetur salang kecetur, sugih.. sugih..sugih!”.
Saat itu diucapkan oleh Kyai Cholil tidak ada satupun yang ada memahami makna apa yang diucapkan oleh Kyai Cholil Namun, dengan kata tanpa makna itu, Koh Bun Fat justru beerubah menjadi pengusaha Tionghoa yang kaya raya.
5. Pintu Rusak
5. Pintu Rusak
Pada masa penjajahan, ada beberapa pejuang jawa yang bersembunyi di komplek pesantren Demangan. Ternyata hal itu diketahui oleh penjajah belanda, sehingga mengirim tentara untuk memeriksa pondok tersebut. Tetapi karena tidak menemukan para pejuang tersebut, Akhirnya mereka menangkap Kyai Cholil Belanda berharap dengan seperti itu, para pejuang jawa akan menyerahkan diri.
Tetapi yang terjadi malah membingungkan belanda karena banyaknya kejadian yang terjadi terkesan aneh dan ganjil. Mula-mula, semua pintu tahanan tidak bisa ditutup, Ketika Kyai Cholil di masukan ketahanan. Hal ini membuat tentara belanda harus berjaga siang dan malam agar tahanan tidak kabur. Hari-hari selanjutnya, ribuan orang dari Madura dan jawa mengunjungi Kyai Cholil dengan membawakan makanan. Kejadian tersebut tentu membuat belanda pusing, akhirnya belanda membuat peraturan dilarang mengunjungi Kyai Cholil Ternyata peraturan tersebut tidak menyelesaikan masalah, karena mereka yang datang akhirnya berkerumun di sekitar rumah tahanan, bahkan ada yang meminta untuk ditahan bersama Kyai Cholil Karena tidak ingin pusing dan masalah menjadi besar, akhirnya Kyai Cholil di bebaskan tanpa syarat apapun.
6. Tongkat Dan Tasbih Ajaib
Berkaitan dengan cerita Kyai Cholil soal tongkat ajaib, kejadian ini berkaitan langsung dengan sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU).
Pada saat itu, Kiai Wahab Hasbulah dalam berbagai kesempatan selalu menyosialisasikan ide untuk mendirikan jam’iayah atau organisasi. Sebenarnya semenjak ide tersebut disosialisasikan, tidak ada masalah yang menghalangi kecuali restu dari KH Hasym Asy’ary. Karena beliau adalah guru dari Kiai Wahab sehingga dirinya merasa perlu mendapatkan restu langsung. Ketika gagasan tersebut dsampaikan, ternyata tidak langsung di setujui. KH. Hasyim Asy’ari perlu berhari-hari dan bulan untuk melakukan sholat Istikharah memohon petunjuk dari Allah, namun harapan itu tidak kunjung datang.
Kyai Cholil sebagai guru KH. Hasyim Asy’ari mengamati kondisi tersebut. Kemudian beliau mengutus seorang santri yang juga masih cucunya sendiri, As’ad untuk menghadapnya.
“Saat ini KH. Hasyim Asy’ari sedang resah, oleh karena itu, antar dan berikan lah tongkat ini kepadanya” Kata Kyai Cholil sambil memberikan tongkat yang dimaksud. “dan jangan lupa bacakan ayat ini surat thoha As’ad.
Setelah itu, As’ad kemudian pergi ke Jombang untuk menyampaikan pesan yang di bawanya serta menyampaikan tongkat. Hari berganti bulan dan bersama perjalanan waktu, organisasi yang sudah dirintis oleh Kiai wahab belum juga terbentuk, sehingga Kyai Cholil mengutus As’ad yang kedua kali dengan membawakan tasbih dan meminta KH. Hasyim Asy’ari untuk mengamalkan Asmaul Husna yang berbuyi “Ya-Jabbar- Ya Qohhar”.
Setelah berjuang di bantu oleh kiai-kiai lain, akhirnya nahdlatul Ulama berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 H/ 31 Januari 1926, atau tepat 1 tahun setelah KH Cholil wafat yang jatuh pada tanggal 29 Romadhon 1343 H. *Rah BsQy